Friday 10 April 2009

Kampung Bujang India

KITA mungkin biasa mendengar gelar bujang lapuk untuk pria sudah berumur tapi tak juga berumah tangga. Tetapi di India, perkataan itu lebih bermakna satu kawasan di pedalaman yang berjuluk Kampung Bujang. Pasalnya, Kampung Barwaan Kala, demikian nama kampung itu, dihuni oleh para bujang. Tak ada perempuan di sana.


Kampung Barwaan Kala adalah satu perkampungan terpencil yang terletak di tengah-tengah kawasan bukit bukau dan hutan tebal di Kaimur, wilayah Bihar di utara India.

Lantaran letaknya yang terpencil, kampung ini menjadi terisolasi dari dunia luar. Kawasan ini hanya dikelilingi bukit bukau yang menghijau serta hutan nan sunyi.

Nah, sekitar 120 jiwa penduduk lelaki kampung ini belakangan amat gelisah. Mereka yang sudah berusia 18 tahun, bahkan ada yang 80 tahun hidup membujang. Jelas saja mereka merindukan belaian kasih sayang wanita, sebagai pemping hidup.

Sejatinya, di kampung ini tadinya bukan tak ada wanita. Hanya saja, anak perempuan di sini langsung dikirim ke daerah lain yang lebih ramai, untuk mendapatkan jodoh.

Lantaran tak ada perkawinan di sini, konon, sekitar 50 tahun lalu, lembaga semacam Kantor Urusan Agama (KUA), lembaga yang menangani pernikahan, akhirnya ditutup.

Persoalan kenapa pria di sini membujang, memang bukan karena mereka tak laku. Melainkan karena perkampungan Barwaan Kala hanya dihuni pria dan tempatnya yang terisolasi.

Barwaan Kala hanya dapat dkunjungi melalalui helikopter. Bagi mereka yang sanggup dapat mendatangi tempat ini dengan berjalan kaki. Dari desa terdekat, butuh waktu dua jam, naik turun tebing yang cukup berbahaya untuk mencapai Barwaan Kala. Inilah yang menjadikan para gadis enggan tinggal di sini.

Bila telah berada di luar desa, mereka enggan kembali ke kampung halamannya. Terlalu berisiko untuk masuk wilayah hutan lebat yang banyak jurangnya serta binatang buas itu.

Lantaran masalah inilah penghuni Kampung Bujang bergotong royong membangun jalan yang menghubungkan kampungnya dengan kampung lain agar ada wanita sudi datang ke tempat ini. Jalan yang dibangun rencanangnya sepanjang 6 km. Mereka berharap jalan ini dilalui gadis-gadis pujaan hati. Yah, semacam jalan untuk mencari jodoh.

“Ini memang menyedihkan. Bagaimana lelaki yang cukup syaratnya dan masih bujang, gagal menemukan pasangannya. Bukan hanya istri, wanita pun tak ada di Barwaan Kala,” kata aktivis sosial, Chandrama Singh Yadav kepada seperti dikutip timesonline, belum lama ini.

Chandrama Singh Yadav adalah pekerja sosial yang menganjurkan agar warga di situ membangun jalan. "Saya berharap dengan adanya jalan ini maka lelaki Barwaan Kala mendapatkan istri dari kampung lain."

Proyek jalan raya ini diharapkan selesai dalam dua bulan mendatang. Hanya saja, rencana itu bisa gagal lantaran masalah tanah yang akan dibuat jalan itu ternyata kawasan hutan lindung. Belum lagi masalah ancaman binatang buas macam harimau dan pemberontak komunis yang bersembunyi dalam hutan tersebut.

Laporan terakhir menyebutkan para bujang ini tak putus asa. Mereka bersama-sama bahu membahu mengayunkan cangkul dan peralatan lainnya untuk membangun jalan dambaan mereka itu. Kini jalan itu sudah terbangun sekitar 3 km dan tinggal separohnya lagi.

“Kami akan selesaikan jalan ini agar kami dapat menikah seperti orang lain,” kata salah seorang penduduk, Sheo Karwar, 28 tahun.

Begitulah sulitnya untuk meraih gelar suami di kampung bujang ini. Masih banyak rintangan yang harus mereka hadapi untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Dan, hanya waktulah yang menentukan apakah Kampung Barwaan Kala kelak akan diwarnai derai tawa para pengantin baru.

taken from:
kontekaja.com

No comments:

Post a Comment