Mendut dan Urubhisma Lena
Pagelaran tari garapan dalam artikel ini adalah sebuah pementasan tari yang diproduksi siswa dan siswi kelas tiga program keahlian tari SMK N 1 Kasihan Bantul (SMKI Jogjakarta). Pementasan semacam ini, yang tahun ini kebetulan dilaksanakan selama dua malam berturut-turut yaitu pada tanggal 25-26 Maret 2009, digelar secara rutin oleh pihak sekolah. Seperti diutarakan Ibu Sri Wahyuningsih S.Pd selaku Kepala Program Keahlian Tari SMK N 1 Kasihan Bantul dalam sambutannya, “Uji kompetensi pada mata pelajaran pementasan merupakan tolak ukur sejauh mana kemampuan siswa menguasai kompetensinya sebagai seorang penari, penata tari dan pengelola pertunjukan”. Selain itu ujian pementasan juga menjadi salah satu syarat kelulusan bagi siswa-siswi di sekolah tersebut.
Menginjak pada segmen pementasan, hal pertama yang patut kita acungi jempol adalah bagaimana bisa suatu acara semegah ini dikelola dan dilakoni siswa-siswi secara mandiri. Mulai dari penggarapan materi pementasan hingga mencari sponsor mereka lakukan sendiri, guru disini hanya berperan sebagai pengawas dan penasehat saja. Hal kedua yang perlu kita soroti adalah betapa pedulinya mereka terhadap seni dan budaya tradisional yang sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh kaum muda seusia mereka. Ditengah godaan kemajuan teknologi dan perkembangan dunia hiburan saat ini mereka rela berjalan walau tertatih mengembangkan budaya asli mereka, dalam hal ini tari khususnya. Hal-hal semacam inilah yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah khususnya pejabat di bidang-bidang terkait
Pementasan tahun ini menampilkan dua cerita, pementasan hari pertama berjudul Mendut. Diangkat dari cerita trdisional bejudul Rara Mendut. Pementasan ini digawangi oleh pelajar dari kelas 3 Tari A dan diiringi dengan musik atau gendhing racikan pelajar dari kelas 3 Tari B. Pementasan hari kedua juga tidak kalah hebatnya, seolah-olah tak mau kalah dengan rekan sejawatnya dari kelas 3 Tari A, para pelajar kelas 3 Tari B menampilkan lakon berjudul Urubhisma Lena. Musik atau gendhing yang terdengar indah selama pementasan diracik oleh para pelajar dari kelas 3 Tari A. Sebuah kerjasama yang apik mengingat mereka masih berusia muda dimana pada umumnya identik dengan persaingan, yang terkadang kurang sehat.
Terakhir, semoga pementasan ini tidak menjadi muara bagi mereka dalam dunia seni, tetapi justru dianggap sebagai hulu bagi mereka. Setelah para pelajar berbakat ini melepas seragam pelajar mereka, dunia yang “sesungguhnya” sudah menanti. Selamat dan sukses buat semua yang terlibat dalam pementasan kali ini.
Sinopsis
Mendut
Sebuah kisah cinta yang menggetarkan. Setelah kematian Pragola, Menrut diperkosa dan dibawa ke Katemanggungan oleh Wiroguno. Berulang kali Wiroguno berusaha membuat Mendut mencintainya, segala upaya telah dilakukan namun hasilnya nihil. Hati dan pikiran Mendut sudah terbakar api dendam, dan kebencian juga sudah tertanam dalam di jiwanya.
Tetapi entah mengapa tiba-tiba Mendut yang sudah jatuh hati pada pria lain bernama Panacitra, dengan manjanya merengek-rengek pada Wiruguno agar ia dibuatkan sebuah pasar. Ternyata, hal itu hanya alasan mendut agar dapat selalu bejumpa dengan Pranacitra. Hingga pada suatu saat mereka bena-benar jatuh cinta dan berkomitmen untuk selalu bersama dalam kondisi apapun. Mengetahui hal ini, amarah Wiroguno memuncak. Wiroguno akhirnya membunuh Pranacitra, hal ini diketahui Mendut. Akhirnya, demi menjaga komitmen yang sudah mereka buat dan membuktikan cintanya pada Pranacitra, Mendut pun mengakhiri hidupnya dengan cara menghunuskan keris yang dapakai Wiroguno untuk membunuh Pranacitra ke perutnya sendiri.
Urubhisma Lena
Suatu ketika, Sang Ratu Ayu Kencana Wungu memerintahkan Damarwulan untuk menyelamatkan Majapahit. Tanpa berpikir panjang, setelah berpamitan dengan Anjasmara istrinya, Damarwulan berangkat mempertaruhkan nyawanya menuju Blambangan. Sebuah daerah yang memberontak dari kekuasaan Majapahit.
Sesampainya di Blambangan, Damarwulan bertarung dengan Urubhisma Adipati Blambangan. Ia memang buruk rupa, tapi kemampuan bertarungnya sungguh luar biasa. Damarwulan hampir saja kehilangan nyawa menghadapinya. Untungnya, ia diselamatkan Wahita dan Puyengan. Kedua orang ini jugalah yang berhasil mencuri dan menyerahkan Gada Wesi Kuning, yang merupakan senjata andalan Urubhisma, kepada Damarwulan. Mengetahui hal ini Urubhisma sangat terkejut.
Akhirnya, Damarwulan berhasil memenggal kepala Urubhisma dan menguasai kembali daerah Blambangan.
ditulis oleh: sedik
nb: foto-foto menyusul, just wait and see...
No comments:
Post a Comment